“Tak ada yang menyangka, jalanan rapi bebas sampah dengan tong sampah warna-warni dengan gambar menarik di sekelilingnya ini merupakan hasil kerja keras dari bencana kiriman sampah Jakarta”
Yah. Benar. Berkunjung ke pulau seribu tepatnya di pulau Pramuka sekarang benar-benar berbeda. Semuanya tampak rapi termasuk dalam pengelolaan sampah. Makanya tidak heran, jika banyak warga Jakarta memilih untuk healing ke pulau seribu. Selain menawarkan wisata laut yang beraneka ragam, juga memberikan pengalaman menarik yang bisa dilakukan seperti belajar mengelola sampah.
Adalah KBA Pulau Pramuka melalui rumah literasi hijau sebagai pusat aktivitas pengelolaan sampah ini. Pengunjung yang datang ke Pulau Pramuka, bisa banget mendapatkan edukasi hingga pelatihan bagaimana mengelola sampah dari hulu ke hilir hingga bisa menghasilkan barang berguna bahkan menjadi salah satu sumber energi.
Oh iya. Bagi yang belum tahu apa itu KBA? Jadi KBA merupakan singkatan dari Kampung Berseri ASTRA. Kampung ini merupakan bentuk kontribusi CSR dari ASTRA untuk pengembangan masyarakat. Nah, sebagai program CSR yang berbasis komunitas, setiap KBA itu memiliki kegiatan yang mengintegrasikan 4 pilar yaitu lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan kewirausahaan. Makanya tidak heran, jika 4 pilar ini bisa ditemui di KBA Pulau Pramuka.
Berasal dari Masa Lalu yang Kelam
KBA Pulau Pramuka, awalnya menjalankan program bernama Pulauku Nol Sampah. Program inisiasi dari Ibu Mahariah ini muncul karena permasalahan sampah yang selalu membanjiri pulau pramuka kala musim penghujan.
Sekitar 60% dari total sampah Ciliwung bermuara ke pulau seribu yang jumlahnya berton-ton. Apalagi ketika tahun 2009, kala Jakarta terkena musibah banjir besar. Pulau pramuka juga berjuang. Jakarta banjir air, pulau pramuka banjir sampah “kiriman” Jakarta.
Ibu Mahariah-Pencetus gerakan Pulauku Nol Sampah (sumber; instagram @rumahliterasihijau_id) |
Dampaknya luar biasa. “Kiriman” sampah ini membuat ekosistem dan biota laut mati. Belum lagi ancaman abrasi kala itu. benar-benar berjuang melawan kiriman sampah dari jakarta ini. Padahal, pulau pramuka juga punya masalah sendiri yaitu ancaman abrasi. Nelayan yang melaut pun kesulitan mendapatkan ikan, karena ekosistem terganggu.
Untungnya, para warg tidak tinggal diam. Mahariah sebagai tokoh penggerak menjalankan program Pulauku Nol Sampah sebagai salah satu upaya penanganan sampah “kiriman” Jakarta ini.
Program yang Menggerakkan Sekaligus Menghasilkan
Gerakan Pulauku Nol Sampah bukan hanya untuk membersihkan bibir pantai dari keberadaan sampah, tetapi juga membiasakan warga untuk mengolah dan memilah sampah rumah tangga masing-masing.
Berbagai kolaborasi pun dilakukan dengan komunitas lain seperti komunitas Variabel Bebas. Kolaborasi ini menghasilkan program variatif dalam sistem pengelolaan sampah seperti pemanfaatan sampah plastik untuk kerajinan tangan, program penanaman bakau dan terumbu karang hingga konsep pemanfaatan sampah organik untuk tanaman hidroponik di rumah.
Nah, kolaborasi ini lah yang akhirnya menjadi daya tarik banyak warga untuk mulai ikut bergabung. Dari awalnya memberikan sindiran, berubah menjadi partisipan karena gerakan ini bukan hanya peduli terhadap lingkungan tetapi ternyata bisa menghasilkan uang tambahan dari daur ulang sampah.
Proses pemilahan sampah plastik oleh warga Pulau Pramuka (sumber; instagram @rumahliterasihijau_id) |
Bayangin nih ya, sampah plastik yang dipilah oleh warga itu bisa dijual ke bank sampah di Pulau Pramuka. Harganya bervariasi mulai dari Rp 4.000-Rp 6.000 per kilogram.
Setiap kilogram sampah yang dihasilkan akan masuk ke buku tabungan bank sampah. Tabungan ini lah nantinya yang bisa dimanfaatkan untuk biaya sekolah anak, berobat hingga pembelian seragam.
Penanaman Sadar Lingkungan Sejak Dini
Layaknya program pemberdayaan yang berkesinambungan, di KBA Pulau Pramuka juga mengajarkan kepada anak-anak hingga remaja tentang cinta lingkungan dan sadar terhadap sampah.
Berbagai aktivitas pengelolaan sampah dan bahayanya disampaikan secara fun ke anak-anak. Bahkan terkadang dalam bentuk aktivitas games.
Di KBA Pulau Pramuka terdapat RA Fahman Jayyidan sebagai wadah pendidikan dibawah naungan Rumah Literasi hijau. Disini, anak-anak akan mendapatkan pendidikan dasar seperti pengenalan sampah, program menjaga lingkungan hingga aktivitas menggambar dengan tema lingkungan.
Bukan hanya itu saja, pengembangan karakter akan kesadaran terhadap lingkungan dan sampah juga dilakukan melalui program kelas iklim di Rumah Literasi Hijau. Program ini menyasar sekolah-sekolah yang ada di pulau seribu. Tujuannya agar para generasi muda tahu dan paham bagaimana cara menjaga alam serta mengelola sampah agar bisa menjadi barang yang bermanfaat. Sesuai dengan tujuan dari salah satu pilar KBA yaitu pendidikan berkelanjutan dengan pemahaman akan ekosistem lingkungan.
Bahan Bakar Minyak dari Sampah
Inovasi demi inovasi terus dilakukan di KBA Pulau Pramuka. Dari pengelolaan sampah plastik dan organik kini merambah menjadi proses pembuatan bahan bakar minyak (BBM) dari sampah.
Makanya tidak heran, jika di salah satu area di pulau Pramuka bernama Lab Plastik memiliki alat dengan teknologi pengubah sampah menjadi BBM. Sesuai dengan semboyan yang tertulis di depannya yaitu; “plastik dibuat menggunakan teknologi dan harus diselesaikan dengan teknologi”. Teknologi pengolahan sampah plastik menjadi BBM ini bernama teknologi pirolisis.
Pirolisis sendiri merupakan suatu teknologi yang digunakan untuk proses dekomposisi bahan kimia termasuk plastik. Pada prosesnya, alat pirolisis akan memanaskan plastik yang masuk ke dalam alat. Proses pemanasan ini tidak menggunakan oksigen sama sekali tetapi mengandalkan tekanan dan energi selama proses dekomposisi.
Plastik yang dimasukkan ke dalam alat pirolisis setelah mengalami proses dekomposisi dengan kurun waktu tertentu akan menghasilkan minyak menyerupai solar, gas propana dan abu . Solar yang berbentuk cairan ini lah yang bisa dimanfaatkan sebagai BBM. Sedangkan abu sisa pirolisis dimanfaatkan kembali untuk pupuk tanaman. Menariknya, rata-rata 1 kg sampah kering jenis LDPE bisa menghasilkan 700-800 mL bahan bakar cair.
Alat Pirolisis di KBA Pulau Pramuka (sumber; instagram @rumahliterasihijau_id) |
Keberhasilan pengelolaan sampah dengan berbagai inovasi ini membuat banyak orang untuk datang melihat secara langsung. Bukan hanya sekadar menikmati wisata laut di pulau Pramuka tetapi juga sekaligus belajar hal baru akan pengelolaan sampah. Ilmu ini lah yang bisa dibawa pulang oleh para pengunjung untuk diterapkan di rumah masing-masing.
Gerakan Pulauku Nol Sampah, kini menjadi gerakan menyeluruh untuk melindungi lingkungan di pulau seribu. Seperti semangat awal yang diyakini oleh Mahariah bahwa, “bencana kiriman sampah” sulit untuk dihindari, tinggal bagaimana kita menyikapi dan menyelesaikan masalah tersebut agar bisa bermanfaat buat sekitar”. Pulau maju, penduduk pun akan maju.
mari kita kelola sampah dengan baik untuk masa depan yang lebih cerah :D
BalasHapus