Salah
satu kemajuan teknologi yang dirasakan perkembangannya oleh semua kalangan
adalah gadget. Di Indonesia sendiri, gadget atau handphone pertama kali
beroperasi tahun 1986 menggunakan teknologi Nordic Mobile Telephone
(NMT) dan terus mengalami perkembangan hingga tahun 1992.
Seiring
dengan perkembangan zaman, berbagai fitur terus dikembangkan dan dibenamkan
pada gadget. Fungsi dari gadget pun terus meningkat. Awalnya hanya ditujukan
untuk sarana informasi berupa telepon dan pesan singkat tetapi sekarang
fungsinya bertambah sebagai media entertainment para pemiliknya. Seperti media
nonton, musik hingga bermain games. Fitur-fitur ini lah yang membuat semua
kalangan umur tertarik untuk memiliki gadget.
Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa sekitar 33,44 %
anak usia dini di Indonesia pada tahun 2022 sudah menggunakan gadget. Adapun
rinciannya yaitu 25,5 % anak dengan usia 0-4 tahun serta 52,76 % anak berusia
5-6 tahun. Data ini diperkuat dengan hasil survey dari Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa sekitar 71,3 % anak usia sekolah
sudah memiliki gadget sendiri.
Tingginya
angka pengguna gadget bagi anak ini memberikan dampak negatif mulai dari
keterlambatan bicara, gangguan tidur, masalah penglihatan, penurunan
konsentrasi, masalah sosial dan emosional hingga kecanduan gadget. Jika hal ini
tidak menjadi perhatian, maka tinggal menunggu waktu saja, bom waktu akan
dampak negatif gadget akan meledak.
Masalah kecanduan gadget memang menjadi tantangan terutama bagi para orang tua. Tetapi bukan berarti, orang tua tinggal diam saja ada beberapa hal yang bisa dilakukan seperti menetapkan jadwal penggunaan gadget dengan kurun waktu tertentu, menjadi sosok contoh yang baik, membuat aturan yang konsisten hingga melibatkan anak dalam aktivitas lain.
Nah, terkait melibatkan anak dalam aktivitas lain ini ternyata ada loh satu desa yang menerapkan program unik agar anak tidak kecanduan handphone. Lokasi tersebut bernama ‘Kampung Lali Gadget’ atau disingkat KLG.
Tentang ‘Kampung Lali Gadget’
Berada di
Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, ‘Kampung
Lali Gadget’ ini didirikan oleh Achmad Irfandi. Berawal dari latar
kecintaan mas Irfandi terhadap dunia pendidikan dan alam dimana sebelumnya
dilakukan kegiatan literasi bersama teman-temannya setiap dua minggu sekali.
Selama kegiatan tersebut, anak-anak diperkenalkan dengan beberapa permainan
tradisional dan menciptakan nuansa gembira dan tawa dari anak-anak yang hadir.
Dari sini lah, ide KLG muncul dan berjalan hingga saat ini.
Di KLG
menawarkan berbagai jenis permainan tradisional untuk menghibur, bermain dan
merasakan sensasi pengalaman baru bagi anak dan keluarga. Salah satu hal yang
menarik saat berkunjung ke ‘Kampung Lali Gadget' adalah quotes yang berbunyi:
‘Masa indah bermain saat kecil selalu diingat sampai dewasa. Hampir semua orang dewasa pasti bisa menceritakan permainan masa kecilnya. Jika ingatan itu membekas abadi, mengapa tidak kita desain secara sempurna saat ini untuk anak anak? ‘.
Di kampung ini, setiap anak yang datang akan diperkenalkan terkait permainan tradisional dan permainan lainnya berbasis bahan dari alam dan daur ulang. Semua permainan yang ada dibuat dalam beberapa tema seperti tema air, pasir, daun, batu, pembuatan kolase, Menara dari pasir dan tema permainan tradisional lainnya seperti gobak sodor, engklek, petak umpet, wenga dan damparan.
Terapi Buat Anak Kecanduan Gadget
Salah
satu cara terbaik untuk mengurangi kecanduan gadget dari anak adalah
mengalihkan aktivitas anak, salah satunya dengan bermain di dunia nyata. Iya,
dunia nyata bukan dunia online dalam gadget.
Melalui
konsep permainan tradisional yang dibuat secara fun dan menarik, maka anak-anak
bisa tertarik untuk mengenali terlebih dahulu kemudian ikut aktif dalam
permainan. Menariknya lagi, treatment yang dilakukan bukan hanya berfokus
terhadap unsur permainan saja tetapi juga melakukan pengenalan kegiatan outdoor
learning bernuansa pedesaan.
Di outdoor learning ini, anak-anak akan beraktivitas di kebun, sawah dan kolam. Di kebun yang luas, anak-anak bisa belajar bermain sekaligus mengenal berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Sedangkan di sawah, anak-anak bisa bermain lumpur dan terakhir di kolam anak-anak bisa melakukan penangkapan ikan lele.
Paduan antara pengenalan alam dan permainan tradisional yang ada di KLG ini diharapkan bisa membuat anak yang kecanduan gadget terlepas dari gadget itu sendiri. Semua kegiatan diatur sedemikian rupa, agar anak nyaman, senang dan betah.
Melibatkan Orang Tua
Jujur,
urusan anak kecanduan gadget itu tidak terlepas dari lingkungan dimana anak itu
berada. Paling dekat pastinya adalah lingkungan keluarga dan orang tua.
Nah, di
KLG ini para orang tua juga dilibatkan dalam hal penanganan anak yang sudah
kecanduan gadget. Salah satunya dengan kegiatan parenting dan edukasi akan
bahaya dari kecanduan gadget. Sasaran awalnya adalah para ibu-ibu yang memang
dalam kehidupan nyata dekat dengan anaknya.
Meskipun
KLG memberikan banyak pengalaman seru kepada anak, tetapi pasca balik ke rumah
tentunya orang tualah yang memegang kendali. Disinilah pentingnya pemahaman
orang tua agar anak benar-benar terhindar dari bahaya negatif gadget.
Berkaca
dari perkembangan zaman, bahwa segala sesuatu itu awalnya memang bermanfaat
tetapi jika kecanduan maka bisa menimbulkan bahaya termasuk gadget. Ini lah
yang menjadi poin penting yang diberikan ke orang tua agar tetap waspada pasca
berkunjung ke KLG.
Keberhasilan KLG, membuat Achmad Irfandi sebagai pendirinya berhasil mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards tahun 2021 kategori bidang pendidikan. Semangat dan dedikasi beliau kini membuahkan hasil.
Bagi,
Achmad Irfandi di KLG bukan hanya datang, bermain dan pulang tetapi jauh lebih
dari itu. Konsep yang dijalankan adalah membuat anak melupakan gadget sekaligus
memperkenalkan permainan tradisional Indonesia yang sudah perlahan-lahan
ditinggali.
Komentar
Posting Komentar